Wednesday, July 30, 2014

Pertempuran Konvoy Sukabumi - Cianjur (Bag. 2)



Sebagai tindak lanjut dari keberhasilan Komandemen TKR Jawa Barat dan Kantor Penghubung TKR Jakarta, pada minggu ketiga bulan Desember 1945, Pemerintah Republik Indonesia mengadakan Konferensi Besar di Yogyakarta. Presiden dan Wakil Presiden, serta pucuk Pimpinan TKR, memberikan penjelasan dan pengarahan kepada Panglima Komandemen dan Komandan Divisi se-Pulau Jawa, tentang tindak-lanjut kerjasama Misi Internasional dengan pihak AFNEI (Sekutu), dalam penanganan pemulangan tentara Jepang dan evakuasi APWI secara menyeluruh.

Berdasarkan hasil Konferensi Besar di Yogyakarta, pihak Pemerintah Republik Indonesia menunjuk Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo, diserahi tugas untuk mempersiapkan Komando Operasi Misi Internasional itu. Kemudian pada tanggal 24 Desember 1945 dan pada tanggal 14 Januari 1946, diadakan perundingan, antara Jenderal Mayor Sudibjo dengan pucuk pimpinan Markas Besar AFNEI (Sekutu) di Jakarta.

Akan tetapi, dr. van Mook bersama NICA-nya, merasa tidak senang atas keberhasilan diplomasi pihak Republik Indonesia dengan pihak AFNEI (Sekutu). Dengan segala tipu-dayanya, membujuk pihak pimpinan militer Inggris, agar memindahkan pusat kekuatan militernya ke Bandung. Alasan dr. van Mook, seperti pengalamannya ketika Pemerintah Hindia Belanda dikalahkan Balatentara Jepang di Kalijati Subang. Untuk menguasai wilayah Indonesia, harus menguasai dulu Jawa Barat, terutama kota Bandung.

Pihak militer Inggris terpengaruh, usul NICA dipenuhinya. Bahkan pihak militer Inggris yang berbendera AFNEI, membiarkan pendaratan besar-besaran tentara Belanda di Tanjung Priuk.

Tidak lagi memperdulikan keberhasilan kerjasama dengan Komandemen TKR Jawa Barat dan Kantor Penghubung TKR Jakarta, NICA memutar-balikkan fakta. Mereka memindahkan personal tentara dan persenjataannya, dari Jakarta ke Bandung, menggunakan angkutan udara. Akan tetapi amgkutan udara tidak dapat memenuhi kapasitas sepenuhnya, dengan waktu yang relatif singkat. Dicarikan alternatif lain. Jalur jalan raya Sukabumi, menjadi pilihan, sudah dianggap “bersih dan aman”. Maka sebagian besar pemindahan kekuatan militer AFNEI (Sekutu) ke Bandung, menggunakan angkutan konvoy militer, memilih jalur jalan raya Bogor-Sukabumi-Cianjur.

Akibat tindakan AFNEI (Sekutu) seperti itu, suhu politik di Jawa Barat (terutama di Jakarta), kembali memanas. Perdana Menteri Sutan Syahrir, segera mengadakan koordinasi dengan Panglima Komandemen TRI (Tentara Republik Indonesia) Jenderal Mayor R. Didi Kartasasmita, untuk mengantisipasi tindakan strategi militer yang dilakukan oleh AFNEI (Sekutu) serta tentara Belanda yang memboncengnya.

Resimen III TKR Sukabumi, kembali ditugaskan untuk menggagalkan strategi militer AFNEI (Sekutu). Letnan Kolonel Eddie Soekardi, dalam waktu yang relatif singkat, mengadakan konsolidasi dengan seluruh jajaran Batalyon bawahannya, juga dengan Badan-Badan Perjuangan Rakyat Setempat. 

Maka pada tanggal 10 Maret 1946, terjadi Pertempuran Konvoy, antara Batalyon I dan Batalyon II Resimen III TRI Sukabumi, melawan konvoy tentara Batalyon Patiala. Karena tentara Batalyon Patiala tidak berdaya, bahkan menderita kekalahan berat, maka pihak Markas Besar AFNEI mengirimkan balabantuan pasukan tank-tank Squadron 13 Lancer yang dikawal oleh satuan pasukan Grenadier, yang diberangkatkan dari Markas Tentara Inggris di Bogor.

Tentara bayaran sekutu dari India
Tentara bayaran dari India: (1) Rajputana Rifles, (2) Patiala, (3) Gurkha Rifles, (4) Jats

Balabantuan tank-tank Squadron 13 Lancer dan Grenadier pengawalnya, berfungsi sebagai penolong. Tetapi konvoynya diserang habis-habisan oleh pasukan Batalyon I dan Batalyon II Resimen III TKR Sukabumi. Akhirnya Si Penolong meminta pertolongan kepada Batalyon Patiala. Sebagian konvoy Batalyon Patiala, dikerahkan menuju medan tempur Cikukulu. Tetapi kedua-duanya, diserang kembali oleh pasukan Batalyon I, Batalyon II dan Batalyon IV Resimen III TKR Sukabumi, hingga yang menolong dan yang ditolong, kedua-duanya tidak berdaya.

Bersamaan dengan peristiwa itu, dari Markas Tentara Inggris di Bandung, diberangkatkan konvoy balabantuan yang terdiri dari satuan tentara Rajputana Rifles. Tetapi pasukan Batalyon III Cianjur tidak membiarkan balabantuan dapat lewat begitu saja. Konvoy tentara Rajputana Rifles, diserang habis-habisan di sepanjang jalan raya Ciranjang sampai Gekbrong. Konvoy tentara Batalyon Rajputana Rifles, setelah melalui pertempuran-pertempuran berat, barulah bisa mencapai Sukabumi, dalam kondisi babak-belur.

Dikarenakan 4 satuan konvoy dibuat tak berdaya, maka Markas Besar AFNEI (Sekutu) di Jakarta, menurunkan seorang perwira tingginya, Brigadier (Jenderal) N.D. Wingrove (yang sudah berada di Bandung) untuk memimpin “pengamanan” seluruh konvoy yang diserang habis-habisan oleh satuan “Hit and Run” dan “Kirikumi” Resimen III TRI Sukabumi.

Tetapi konvoy tentara Brigade I yang dipimpin langsung oleh Brigadier N.D. Wingrove, tertahan dan harus bermalam di Ciranjang, akibat serangan gencar yang dilakukan Batalyon III Cianjur di jembatan Cisokan. Besok harinya, barulah pasukan Brigade I pimpinan Brigadier N.D. Wingrove, dapat melanjutkan perjalanan konvoynya, samapi di Sukabumi dalam keadaan stress berat. 

Untuk menjinakkan patriot Sukabumi, ternyata Markas Besar AFNEI, harus mengerahkan kekuatan militernya yang akbar, terdiri dari satuan tentara: Patiala, Squadron 13 Lancer, Grenadier, Rajputana Rifles, dan Brigade I, dipimpin oleh Brigadier N.D. Wingrove. Kekuatan akbar yang dikerahkan, kurang lebih terdiri dari 400 kendaraaan (termasuk kendaraan lapis baja dan artileri berat) dan 2500 personal tentara (tentara sewaan berasal dari India dan tentara asli orang Inggris).

Akan tetapi, taktik “Hit and Run” dan “Kirikumi” pasukan Resimen III TKR Sukabumi, dapat melumpuhkan segala kebesaran dan kekuatan militer tentara Inggris yang berbendera AFNEI (Sekutu) itu. Mereka menderita kekalahan yang sangat berat selama 4 hari 4 malam. Akhirnya, pada tanggal 14 Maret 1946, seluruh kekuatan konvoy AFNEI (Sekutu), secara bersamaan, ditarik mundur dari Sukabumi, diberangkatkan menuju kota Bandung.

Ketika kekuatan militer AFNEI (Sekutu) dan Tentara Belanda sudah terhimpun di kota Bandung, pada tanggal 24 Maret 1946, meletuslah peristiwa “Bandung Lautan Api” di kota Bandung, yang tersulut oleh percikan Pertempuran Konvoy Sukabumi-Cianjur 10-14 Maret 1946.

Sumber: 
Pertempuran Konvoy Sukabumi - Cianjur 1945 - 1946 
Disusun oleh: Drs. Yoseph Iskandar, Drs. Dedi Kusnadi, Drs. Jajang Suryani
Penerbit: PT. SUKARDI LTD. (Buku bisa didapatkan di Museum Palagan Bojongkokosan)

CATATAN:
Anda dipersilahkan untuk meng-copy artikel ini ke blog Anda, selama Anda mencantumkan LINK ke post ini atau ke http://luhung.web.id


No comments:

Post a Comment

Silahkan pos komentarnya... :)